Kamis, 15 Agustus 2024

Aphantasia: Kondisi Tidak Mampu Berimajinasi

 Sering kesulitan membayangkan cerita dari buku yang sedang dibaca?

Jika mengalaminya, bisa jadi Sobat Gembira mengidap Aphantasia.

Hah APHANTASIA? Sejenis penyakit kah? Apa itu berbahaya?

Tenang Sobat, tarik nafas dalam-dalam. Huuuft … lagi … huuuft.
Penulis baik hati dan rajin pekerti ini akan menjelaskan semuanya. Jadi harap bertenang diri dan jangan panik yups.

Setiap membaca sebuah buku khususnya fiksi, pasti secara tidak langsung kita akan ikut mengimajinasikan keadaan yang ada di dalam ceritanya, seperti bagaimana sih kondisi latar ceritanya? Hal apa yang tengah dialami tokoh? Konflik yang terjadi seberapa ruwetnya ya? Juga hal lain otomatis terbayang seakan-akan kita bisa menyaksikan dan merasakannya langsung. Duh kalau tokoh kesayangan menderita, rasanya kita ikutan kesiksa. Nah apalagi pas adegan bucin pasti Sobat Gembira juga ikutan cengar-cengir dan melting. Iya kan? Ngaku nggak?!🫡🏼😭

Photo by Andrea Piacquadio on Pexels.com

Tapi ternyata tidak semua orang bisa lho membayangkan sesuatu. Beberapa orang ternyata punya kondisi kesulitan berimajinasi dan hal ini disebut sebagai Aphantasia.

Pengertian Aphantasia

Aphantasia atau bisa disebut mind blindness merupakan ketidakmampuan untuk membayangkan objek di dalam benak atau pikirannya padahal hal tersebut familiar. Kata aphantasia diambil dari kata phantasia, sebuah istilah Yunani klasik yang berarti imajinasi atau kemampuan melalui khayalan (gambaran atau representasi mental) dihadirkan kepada kita. Kata ini didefinisikan oleh Aristoteles pada penelitiannya tahun 1968 lalu. Huruf “a” dalam kata a-phantasia menunjukkan suatu ketidakadaan atau ketidakhadiran.

Istilah Aphantasia sendiri dikenalkan pada tahun 2015 oleh Profesor Adam Zeman dari Universitas Exeter. Penelitiannya ini didasari adanya laporan lebih dari 20 orang setelah membaca penelitian (Zeman, et al., 2010) mengenai gangguan pembentukan gambaran ke mata pikiran yang dialami oleh seorang pasien berumur 65 tahun setelah operasi penyakit jantung koroner. Mereka melaporkan mengalami hal yang sama tetapi dengan perbedaan telah mengalaminya seumur hidup.

Aphantasia sering sekali dijelaskan hanya mempengaruhi ingatan sistem visual, padahal sebenarnya bisa juga bisa berkombinasi mempengaruhi sensor yang lain (multysensory), seperti tidak bisa membayangkan suara, gerak, rasa, bau, dan sentuhan. Jadi pengalaman pengidap aphantasia akan berbeda-beda tentunya. Penelitian Zeman, et al. (2020) menyatakan meskipun pengidap aphantasia memiliki kesamaan tidak dapat mengimajinasikan sesuatu secara visual, hal ini tidak dapat dijadikan landasan setiap pengidap memiliki pengalaman yang sama.

Ini juga bukan artinya orang yang mengalami aphantasia tidak bisa membayangkan akan sesuatu ya Sobat Gembira! Pengidap aphantasia bisa memahami gambaran secara konseptualitas atau berpikir tanpa gambar dan memiliki cara yang berbeda untuk mengimajinasikan suatu objek. Misalnya kalau kita disuruh membayangkan sebuah kursi pasti langsung akan terbayang bentuk kursi itu seperti apa, nah kalau orang dengan aphantasia akan membayangkan secara konseptual, kursi itu sebuah tempat duduk, punya empat kaki penyangga, dan ada sandarannya.

(Aphantasia-LPNC Project, Huson et al., 2022)

Sebenarnya apa sih penyebab Aphantasia?

Penyebab Aphantasia belum diketahui secara pasti. Terdapat dugaan kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor:

  1. Faktor Genetik
    Orang yang terlahir dari keluarga dengan riwayat aphantasia, berisiko lebih tinggi mengalami hal serupa. Jadi kalau keluarga Sobat Gembira ada yang mengalami Aphantasia kemungkinan besar akan menurun dan mengalami aphantasia juga.
  2. Kondisi Kesehatan
    Kondisi kesehatan seperti stroke dan cedera kepala dapat membuat orang mengalami aphantasia. Kecelakaan dan benturan keras di kepala ini dapat menyebabkan cedera otak seperti pada sistem ‘eksekutif’ fronto-pariental dan daerah otak posterior yang berfungsi memungkinkan kita menghasilkan gambar berdasarkan dari pengetahuan yang kita simpan tentang bagimana penampilannya (Zeman, 2015; Ishai, 2010; Bartomelo, 2008; Ishai, et al., 2010).
  3. Kondisi psikologis
    Orang dengan gangguan psikologis seperti depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) dapat mengalami aphantasia. Penelitian mengenai hubungan antara aphantasia dan gangguan psikologis masih terbatas dan sedang dalam pengembangan. Sejauh ini, belum ada penelitian spesifik yang secara definitif menghubungkan kondisi ini. Aphantasia adalah kondisi neurokognitif yang unik, dan meskipun ada beberapa studi yang meneliti aspek emosional dan psikologis terkait aphantasia, hasilnya masih bersifat eksploratif.

Setelah membaca tentang aphantasia, kira-kira Sobat Gembira mengalami hal serupa atau tidak? Tenang Sobat, ini bukan penyakit berbahaya kok melainkan sebuah kondisi tidak bisa menggambarkan sesuatu secara visual. Sobat yang mengalami Aphantasia juga jangan berkecil hati ya ….

Pengidap aphantasia memiliki kelebihan berpikir secara konseptual dengan lebih menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan sisi logikanya untuk memahami ide dan skenario. Konseptualisasi juga berfokus pada ide abstrak daripada hal spesifik yang terlihat (visual). Wah keren ya cara berpikirnya!

Yuk share di kolom komentar pengalaman Sobat dalam “BERIMAJINASI”!

Referensi

Aphantasi Network (2023). The Ball on a Table: How to Tell the Difference Between Visualizers and Conceptualizers. https://aphantasia.com/article/strategies/ball-on-the-table/

Dutta, Nayantara. Time (2022). What It’s Like to Be ‘Mind Blind’. https://time.com/6155443/aphantasia-mind-blind/

Loevenbruck, Helene. Polytechnique Insight (2022). Cognition: Do We All Think In The Same Way? https://www.polytechnique-insights.com/en/columns/society/cognition-do-we-all-think-in-the-same-way/

Bella, Airindya. ALODOKTER (2023). Aphantasia, Kondisi Ketika Seseorang Tidak Bisa Berimajinasi. https://www.alodokter.com/aphantasia-kondisi-ketika-seseorang-tidak-bisa-berimajinasi

Rosa, Nikita. DetikEdu (2024).Mengenal Aphantasia, saat seseornag tidak bisa berimanjinasi. https://time.com/6155443/aphantasia-mind-blind/

Zeman, AZJ, Dewar, MT & Della Sala, S. 2015. Lives without imagery – congenital aphantasia. Cortex, vol. 73, pp. 378-380. https://doi.org/10.1016/j.cortex.2015.05.019

Zeman, et al. (2020). Phantasia–The psychological significance of lifelong visual imagery vividness extremes. Cortex, vol. 130, pp 426-440. https://doi.org/10.1016/j.cortex.2020.04.003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar